Wednesday 3 December 2025 - 22:10
Masyarakat yang Acuh Tak Acuh Akan Menjadi Bangsa Paling Sengsara

Hawzah/ Hujjatul Islam Imami menegaskan bahwa pada masa Sayyidah Fatimah Zahra (salamullahi 'alaiha), masyarakat kala itu dilanda sikap acuh tak acuh dan tidak memiliki telinga yang mau mendengar. Ia menambahkan, apabila sebuah masyarakat terjerumus dalam ketidakpedulian, maka ia akan berubah menjadi bangsa yang paling sengsara.

Berita Hawzah – Hujjatul Islam Asgar Imami, dalam pertemuan basīrat bersama para thalabah di Madrasah Ilmiah Khusus al-Zahra (salamullahi 'alaiha) Urmia, Iran, menegaskan bahwa Sayyidah Fatimah Zahra (salamullahi 'alaiha) adalah teladan sempurna dalam membela wilayah. Beliau menekankan, Fatimah Zahra (salamullahi 'alaiha) dengan gerakan tepat waktu dan pelaksanaan kewajiban, berdiri teguh dalam membela kepemimpinan. Senjata beliau pada masa kritis itu adalah tangisan dan seruan kepada wilayah, tangisan yang lahir dari kesadaran, demi menyingkap kezaliman atas Amirul Mukminin ('alaihis salam), menjaga wilayah, dan mencegah penyimpangan jalan Islam.

Ia memperingatkan tentang dampak sosial dari ketidakpedulian. Ia menegaskan, pada masa Sayyidah Zahra (salamullahi 'alaiha), masyarakat dilanda sikap acuh tak acuh dan tidak memiliki telinga yang mau mendengar. “Apabila sebuah masyarakat terjerumus dalam ketidakpedulian, maka ia akan berubah menjadi bangsa yang paling sengsara,” ujarnya.

Sebagai penanggung jawab Basij Thalabah Azerbaijan Barat, Imami menekankan bahwa kunci utama pengorbanan adalah yakin. “Ketika seseorang mencapai tingkat keyakinan dalam akidahnya, ia mampu mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya. Sebab utama kemaksiatan kita adalah karena iman kita belum mencapai tahap yakin. Kita harus benar-benar percaya bahwa kita senantiasa berada di hadapan Allah,” jelasnya.

Ayatullah Asgar Imami menekankan keagungan syahadah. “Para syuhada dengan keyakinan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan awal kehidupan abadi, memilih jalan ini. Bahkan Amirul Mukminin ('alaihis salam) dengan segala keagungan, saat syahid berseru ‘Fuztu wa rabbil Ka‘bah’, yang menunjukkan betapa agungnya kedudukan syahadah,” katanya.

Di akhir, ia menegaskan pentingnya memperkuat keyakinan, bahkan dalam memilih jalan thalabah. “Kita harus hidup seperti para syuhada dan basiji sejati, seperti syahid Kamal Qasemi: mengenali kewajiban, dan melaksanakannya tepat waktu dengan keberanian,” pungkasnya.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha